Febri Blog's »
foxtermons

Hampir 17
tahun Lynn Gilderdale menderita
penyakit Myalgic Encephalopathy
atau ME yang mematikan. Selama
itu pula keinginannya untuk bunuh
diri selalu muncul. Keinginan Lynn
akhirnya terwujud setelah sang ibu
rela membantunya mengakhiri
hidup.
Sebelum meninggal, Lynn
meninggalkan diary atau catatan
harian yang sangat mengharukan
tentang keputusasaannya
mengidap penyakit ME. Namun
gara-gara membantu kematian
anaknya, ibu Lynn sempat diadili
karena kasus percobaan bunuh diri.
Lynn memang sudah meninggal
dunia pada Desember 2008,
namun catatan harian online yang
pernah ia bagikan pada
sahabatnya baru muncul baru-baru
ini di media.
Berikut ini adalah testimoni dari
catatan harian berjudul 'Do Not
Resuscitate' atau 'Jangan Hidupkan
Lagi' yang dibuat Lynn, seperti
dilansir Timesonline,

>"Saya tidak tahu bagaimana
harus memulainya. Saya hanya
ingin mati dan berharap semua
orang mengerti dengan alasan
dan keputusan saya. Saya
sangat, sangat, sangat ingin
mati karena sakit ini sudah tak
tertahan lagi. Lebih dari 16
tahun saya mengidap penyakit
mematikan ini, saya lelah dan
merasa tidak bisa menanggung
penyakit ini lagi untuk setiap
detik, menit dan harinya.
Saya tidak bisa lagi
menggantung harapan bahwa
suatu hari saya bisa sembuh.

Keputusan untuk mati ini sudah
sangat lama dan keras saya
pikirkan. Saya yakin hanya itu
yang saya inginkan untuk saat
ini. Meskipun hal ini sudah
didiskusikan panjang lebar
dengan orang tua saya, tapi
mereka benar-benar tidak rela
jika saya pergi.

Saya sudah coba mengakhiri
hidup dengan menyuntikkan
morfin dosis tinggi ke dalam
pembuluh darah, tapi ternyata
tubuh ini sudah toleran
terhadap morfin. Dari situlah
orang tua saya pertama kali
tahu betapa depresinya saya.
Saya sudah berusaha
menyembunyikan perasaan
tersebut dengan menampakkan
wajah ceria di depan mereka.
Tapi saya justru diberi obat
antidepresi.

Obat-obatan berhasil membuat
saya berhenti menangis terus
menerus, tapi tidak bisa
menghentikan keinginan saya
untuk tidak berada di planet ini
lagi. Tidak ada yang bisa
mengubah pikiran itu. Saya
tahu kemungkinan untuk
sembuh dan menjalani hidup
dengan normal seperti yang
saya bayangkan sangatlah tipis.

Rahim saya sudah diangkat.
Saya tidak akan pernah bisa
mewujudkan keinginan favorit
saya untuk punya anak. Saat ini
saya berusia 31 tahun dan
seharusnya sudah punya
pasangan. Tulang saya sudah
oesteoporosis, setiap kali batuk
atau bersin, risiko patah tulang
bisa saja terjadi. Semua impian
saya untuk bisa berenang,
berperahu, berlari, bersepeda
sudah sirna sejak saya
mengidap penyakit ini di usia 14
tahun.

Tubuh ini sudah lelah dan
semangat hidup saya sudah
patah. Saya merasa cukup. Saya
mengerti jika orang-orang
mengira saya depresi berat, tapi
keinginan untuk meninggalkan
semua rasa sakit ini terus
memuncak. Saya benar-benar
ingin mati. Saya tidak tahu lagi
berapa jam yang sudah saya
habiskan untuk mendiskusikan
keinginan ini dengan ibu. Tapi ia
selalu berusaha mati-matian
mengubah pandangan dan pola
pikir saya.

Sampai saat ini saya masih bisa
bertahan karena tabung-tabung
medis, pompa dan obat-obatan.
Tanpa semua teknologi modern
ini, saya tidak akan ada disini.

Bayangkan Anda berada di
sebuah ruangan kecil dan
terdampar di atas kasur selama
16 tahun. Bayangkan menjadi
perawan di usia 30 tahun dan
tidak pernah tahu rasanya
ciuman. Bayangkan rasa sakit
mempunyai tulang seorang
wanita berusia 100 tahun dan
tidak bisa bergerak kemana-
mana karena risiko patah
tulang. Bayangkan ibu Anda
mengelap tubuh dan
membersihkan kotoran Anda
setiap saat. Bayangkan
terpenjara di dalam hidup yang
menyedihkan.

Saya tidak perlu
membayangkan semua itu
karena tubuh dan pikiran saya
sudah hancur. Saya sangat
putus asa dengan sakit ini. Saya
mencintai kedua orang tua
saya, tapi saya tidak bisa
memberikan apa-apa untuk
mereka. Saya justru
menyandarkan hidup pada
mereka dan menyita waktunya.
Saya tahu hati mereka
sebenarnya sangat hancur dan
tidak ingin kehilangan saya.

Bahkan mereka mengatakan
lebih baik meninggal atau
merasakan hal yang sama
dengan saya. Saya sangat
beruntung punya orang tua
yang sangat luar biasa.
Tapi maafkan saya Ibu, Ayah,
saya benar-benar ingin mati.
Mereka terus menanyakan
apakah hal itu yang benar-
benar saya inginkan. Saya tidak
bisa membayangkan betapa
sulitnya ini semua bagi mereka.

Saya tahu mereka tidak ingin
kehilangan saya, tapi di sisi lain
mereka juga tidak ingin saya
menderita terus menerus
karena penyakit ini. Saya tahu
saya sudah bersifat egois
karena mendahulukan
kepentingan saya di atas
kepentingan mereka. Tapi saya
tidak bisa melakukan hal ini
seorang diri tanpa bantuan
orang tua saya".<

Catatan itu ditulis Lynn pada awal
tahun 2008, hingga akhirnya pada
Desember 2008, sang ibu Kay
Gilderdale merasa tidak punya
pilihan lagi selain membantu
anaknya mengakhiri hidupnya.
Bukan karena ia ingin Lynn pergi
meninggalkannya atau karena
lelah berdiskusi dengannya, tapi
karena ia ingin Lynn keluar dari
kegelapan.

Kay yang merupakan mantan
perawat itu akhirnya
menyuntikkan morfin dengan
dosis berlipat-lipat ganda pada
anaknya. Tapi Lynn masih belum
meninggal dengan suntikan morfin
itu. Kay pun panik dan
mencobanya lagi, tapi kali ini
ditambah beberapa pil dan
suntikan udara. Dan saat itulah
Lynn akhirnya meninggal dunia.

Atas tuduhan membantu sang
anak bunuh diri, Kay sempat
dibawa ke pengadilan. Namun
kurang dari 2 jam, ia dinyatakan
tidak bersalah karena kasusnya
bukan percobaan pembunuhan,
tapi atas seizin anaknya.

Lynn terdiagnosa penyakit ME
saat usianya 14 tahun. Penyakit itu
mengubahnya dari seorang gadis
remaja aktif menjadi seorang yang
pendiam dan tak berdaya.
Penyakit ME atau yang dikenal
dengan Chronic Fatigue Syndrome
(CFS) mempengaruhi hampir
semua bagian saraf dan sistem
imun tubuh. Gejala umumnya
adalah rasa lelah dan letih yang
sangat parah, memiliki masalah
ingatan, konsentrasi dan otot yang
lelah. Akibatnya seseorang tidak
akan bisa melakukan apapun
dengan kondisi demikian.

Penyebab pasti penyakit ini
sampai sekarang belum diketahui,
tapi beberapa infeksi viral seperti
demam yang berhubungan
dengan kelenjar serta trauma bisa
memicu penyakit ini. Tidak ada
obat yang benar-benar efektif
mengatasi penyakit ini.

klik disini
Ditulis oleh Febri , pada 14 Agustus 2011.
Facebook Twitter

Artikel ini masih 0 komentar: silahkan menjadi yang pertama.


Posting Komentar

[This blog is Dofollow]

Berikanlah tanggapan tentang tulisan saya ini agar saya mengerti kekurangan yang harus saya perbaiki,baik itu tentang blog,posting,dan tentang isi dalam blog ini.agar saya dapat mengembangkan dan berkreasi lebih baik dari sekarang.

Hal-hal yang harus di perhatikan saat berkomentar:

»Tinggalkanlah komentar anda dengan kata yang baik dan sopan.
»Dilarang berkomentar dengan memasukkan URL atau link ke sebuah penyedia situs yang berbau PORNO.
»Dilarang menggunakan kata KOTOR,KASAR,TIDAK SOPAN,dan PORNO.
»Dilarang melakukan penyebaran Spam/pesan sampah.

Bagi yang melanggar Internet Protocol anda akan kami Banned dari site ini dan anda tidak akan bisa mengunjungi site ini lagi.

Terimakasih.

Twitter Facebook Delicious Digg Stumbleupon Favorites More

 
Copyright © 2013 Febri Blog's™